NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Selasa, 26 April 2011

Surat Untuk Emak


Emakku yang cantik, aku ingin mengadu.
Mak, hari ini aku gembira, kutemukan atmosfer baru untuk pelapisku dan kini dapat kulindungi makhluk-makhluk yang tinggal di atasku dari mentari asli.
Atmosfer yang awalnya kukira memiliki gas pembunuh untuk makhluk-makhluk ini, namun sedikit dan perlahan sangat kupercaya ia yang akan mengukir gelak tawaku tiap setengah detik.
Mak, hari ini aku puas, kudapatkan sebuah lintasan rotasi baru dan aku cinta.
Bukan lagi sekedar terbit dan tenggelamkan mentari dengan kebiasaan yang hambar, namun terkadang kulakukan hal-hal baru.
Mak, hari ini aku sedikit sakit di ujung rotasi harianku, hal itu lagi.
Terlalu kekanakan jika kugemparkan hatiku yang transparan hanya untuk masalah pindah bibir sendok untuk secangkir teh celup yang hendak dijual demi galangan kemuliaan.
Mak, hari ini kutambahkan rasa cintaku pada salah satu makhluk penghuniku, tiap seperempat detik kutambahkannya.
Mak, hari ini aku menahan tangis, untuk apapun pada dua sisi.
Satu, aku mencintai pojokan jalanku menuju masa-masa depan.
Dua, aku semakin geram pada salah satu penghuniku yang hanya eksis demi ketenaran, tanpa perlakuan sesuatu yang menerjemahkan jabatan besarnya yang ia dapatkan (mungkin juga) dengan jalan pintas, persis seperti yang biasa ia lakukan hingga kini.
Mak, aku rindu.
Aku ingin menyusulmu, Mak, di surga.
Aku tak kuasa menahan teriknya dengan butir keringat tiap sepuluh tahun sekali yang datang tanpa basuhan air hujan darimu.
Mak, pulanglah, Mak.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar