NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 09 April 2011

Mereka Temukan Aku

Subuh, memang telah lama.
Tak bosan tertulis dengan tinta yang masih kusimpan meski memudar oleh angin badai tsunami dan mencerca tangan kanan.
Kutelan secangkir susu hangat coklat yang penuh mimpi, sebuah ingin untuk kugapai daun kelor bertulisan sesuatu tentang sebuah puisi, beberapa.
Fajar itu aku terlelap dalam jaga, menutup segala kantuk yang harusnya menampar liburku dan aku mulai menderu, berkecimpung dalam terobosan baru.
Memang masih bernyali serigala kecil tanpa insting baja seperti induknya, namun masih mengejar mangsa kecil yang sederhana guna berlatih.
Atau prajurit dan pejuang tanpa seonggok senjata, sepotong kain baju baja, dan apapun.
Sangat mungkin aku terhunus pedang khayalan yang justru kugambar sendiri dalam secarik kertas sukun.
Tak akan pernah kuhenti lengan untuk menulis meski serigala kecil mulai tumbuh beranjak dan prajurit serta pejuang telah membeli senjata pedang dan bazooka.
Mereka temukan aku di sebuah lorong di pinggir Monumen Kapal Selam, Surabaya.
Aku masih terduduk, masih kutatap jauh lembut pada mata mereka yang hingar-binar siap melempar kematian pada tubuh lesuku.
Tengah malam itu kupaksa menghentikan langkah dalam jalan penggapaian, berhenti.
Kupaksa, namun tak bisa.
Masih sekitar enam hari yang lalu kuminum air aqua penuh harapan jernih tak selegam secangkir kopi yang kuminum malam sebelumnya.
Lalu fajar semakin memuncak, mendaki pada atap mimpi Bima Sakti.
Lalu keterpaksaanku berakhir pada malam ini, saat aku benar ingin mencipta dan mencoba.
Bukan tentang sebuah mimpi, namun sebuah cara penggapaian.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar