NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Rabu, 27 Oktober 2010

Aku Datang Karena Mereka Butuh

Awan bertanya pada matahari, “Bolehkah aku mengajak hujan bermain bersamaku?” Dan matahari menjawab dengan tegas, “Belum waktunya. Sekarang waktu masih milikku.”
Awan berpikir, “Ya, matahari memang raja di siang hari. Dan aku selalu hanya terdiam, karena hanya ia yang berkuasa.”
Awan berkata pada hujan, “Hei, aku ingin bermain bersamamu. Namun matahari berkehendak lain. Ia berpikir, siang hari adalah miliknya.” Dengan tenang hujan pun menjawab, “Masih ada waktu.”
Malam hari, awan bertanya pada bulan, “Bolehkah aku memanggil hujan? Aku ingin bermain dengannya.” Bulan pun menjawab, “Kupikir, ini saatnya aku berdiri seorang diri di atas langit. Bukan begitu?”

Wanita Berkerudung Ungu

Kulihat, bulan tertunduk sepi. Lalu sesaat ia berkata tanpa kutanya, "Aku hanya ingin teman". Aku pun menjawab dalam batin, coba kau panggil seorang kawan. Dan bulan mengerti apa yang kupikirkan. Ia memanggil hujan untuk menemaninya.
Hujan pun datang membawa dingin, menyapa, "Hai bulan, kau sendiri rupanya". Bulan menjawab dengan senyuman. Hujan memang datang menemani bulan, namun bulan tak tahu bahwa hujan telah membuat orang-orang menggigil kedinginan di malam hari. Bulan juga tak tahu, banyak makhluk resah karena hujan di malam hari. Mungkin egois, namun bulan terlambat untuk menyadarinya.
Aku pun begitu. Kurasakan malam begitu sepi, kutenggelam dalam kegelapan. Dingin pun senantiasa datang seakan mencambuk kulit. Di kejauhan kulihat seberkas cahaya bintang, menerangimu. Ungu, yang kulihat. Kusipitkan kelopak mataku, ya, berkerudung ungu.
Sesaat wajah itu melengok, tersenyum, dan mulai menghilang. Tak mau ditemani sepi, kukejar wanita itu. Aku mendekat, dan cahaya itu semakin terang. Pikirku, kau tak akan menjadi hujan, yang menemaniku, namun merugikan yang lain.
Wanita berkerudung ungu, dan itu kau.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2010)

Bukan Aku atau Kau, namun Kita

Mungkin hujan berkata aku, dan ia berkata kau pada awan.
Mungkin matahari berkata aku, dan ia berkata kau pada bulan.
Mereka tak pernah paham, apa arti aku dan kau, karena mereka bukan kita.
Mereka tak pernah mengerti, apa arti aku dan kau, karena mereka tak seperti kita.