NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Senin, 11 April 2011

Belum Terturut untuk Prioritas

Masih menjelang sebuah petang yang tak pernah absen mengundang hujan meski hanya serintik.
Hampir tak pernah sanggup keluar untuk sekedar hang-out atau bahkan membeli sepincuk makan.
Anehnya, di tengah dingin kota dan kadang deras hujan, masih menetes beberapa helai daun keringat yang entah berasal dari sumber mata air mana.
Kusapu dengan handuk kecil.
Masih saja menetes dan mulai terasa gerah dengan hari ini, bukan, bukan gerah.
Aku masih melongo dan bisu saat kusadar bahwa aku selalu bermimpi tentang kegagalan.
Masih gagal, dan masih gagal.
Hempasan angin dan cahaya bintang yang bersembunyi di balik mendung pun mengangkat pundak, memberi tanda bahwa mereka pun tak paham.
Lalu, siapa lagi?
Mengapa tak pernah terturut sebuah janji awal yang kutoreh pertama kali saat kupijak?
Harusnya selalu menjadi mimpi yang pertama, namun yang terjadi adalah tidak.
Bukan prioritas, namun tertunda.
Ya, saat tersadar (lagi) bahwa yang kuingin adalah bukan sesuatu yang prioritas, jadi tak perlu kecewa dengan apa yang menampar saat kekecewaan berusaha mendoktrinku untuk tertawa.
Sambil kudengar potongan lagu yang sedang berselisih dengan gemuruh air hujan yang merintik di atas asbes balkon, aku mendengkur keras tanpa kusadar tangisku.
Aku tak pernah ingin berhenti bermimpi, mimpi untuk mencintainya, mimpi.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar