NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Selasa, 21 Agustus 2012

Kedai Pertemuan


Aku tak ingin mengingatnya, tidak
Entah tiba-tiba setelah kuperdengar dan kupahami sesaat,
lagu favoritku seakan melambangkannya

Dia seperti penerang malamku
Dia seperti penyejuk siangku
Dia tak kusangka dia balas pandanganku

Entah apa seperti itu yang pernah terjadi,
tapi yang pernah kubaca dari mana entah aku tak ingat,
momennya lebih indah dari itu, bagimu

Dia begitu jauh di mataku
Dia begitu jauh jangkauku
Dia tak kusangka dia balas senyumanku

Jumat, 17 Agustus 2012

Indescribable

Buka Puasa Bersama
Kabinet BEM FIB Bersatu 2012
Aku mulai membangunnya lagi, membangun semua yang katamu telah runtuh berkeping-keping bak amuba yang membelah diri. Bata demi bata kususun ulang meski matahari mulai meredup sore ini, meski penagih utang yang sejak beberapa minggu yang lalu telah menodongku dengan tagihan kasbon berlimpah. Aku benar ingin kembali, mencintaimu sesulit menjaga ketenangan genangan air ba’da hujan kemarin sore. Rumit.

Rabu, 08 Agustus 2012

Hedonisme Palsu

Indra - Fahmi - Rochmad - Frizda - Didin
Kedai 27 (Burger Buto), Malang - August 5th, 2012
Sudah malam lagi. Kali ini aku urung memakai tanda kurung, seperti biasa kutulis kata “lagi” dalam tanda kurung. Sudahkah habis malam-malam yang sengaja kurelakan kosong dan tergantikan hura-hura belaka? Benarkah? Sudah habis? Padahal aku masih sangat berharap bisa mengunyah dan mengulum Lotte pemberian orang yang tak kukenal di ujung gang gelap itu. Iya, pikirku, aku masih bisa jalan-jalan santai sampai darahku benar-benar dipastikan berganti arus.
Ini sementara, kok. Setidaknya hanya sampai aku bangun pagi dan membuka jendela seperti biasa, lalu menghirup udara pagi seperti di sinetron-sinetron labil anak SMA, kemudian ambil handuk dan masuk toilet, maaf, maksudku kamar mandi.

Minggu, 05 Agustus 2012

Tahun Kedelapan Tanpa Huruf Kedelapan

House Of Sampoerna - Surabaya (June 6th, 2010)

Masih dingin memang. Dan mungkin juga terlalu absurd untuk memulai menulis lagi, apalagi tentang seseorang yang posisinya sudah sangat absurd dalam hati. Harapannya tak ada sudut pandang ke-berapa-pun di tulisan ini nantinya, iya, biar semua bisa menempatkan di posisinya masing-masing.
Jadi, ini tentang cerita lama. Mungkin telah hampir basi ketika berulang-ulang ditulis tentang ini, tentang kerinduan yang telah pecah seperti genangan air yang tenang lalu dilindas begitu saja oleh roda TransJakarta yang kemudian menjadi bergejolak. Basi sekali. Sekitar hampir tujuh tahun silam. Lalu tak pernah menyangka ketika sebuah sarang lebah produsen madu terhunus panah dan terkulai kempis di atas tanah, mungkin hampir bisa tergambarkan seperti itu. Ah, terlalu cepat. Tunggu, sedikit diperlambat mungkin akan lebih baik.

Sabtu, 04 Agustus 2012

Tebak, Apa Isi Hatiku?

Kamu
Jadi, sampai kapan lagi akan terasa hambar seperti yang kaubilang? Iya, aku sudah berusaha gunakan kata-kata yang tak kaku, agar bisa mulai rileks, seperti kataku. Tapi mungkin yang kaurasakan masih hambar, iya, bisa terdengar dari suara ngalem dari rengekanmu yang belum kembali seperti sebelum kaubilang aku berubah. Masih belum sama. Mungkin juga belaian tanganku ke kerudungmu masih belum sempurna, belum selembut sebelum kaubilang aku berubah.