NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Minggu, 28 Oktober 2012

Sajak Hujan

"Aku sudah pulang, Hujan.."
Aku pulang, di tanah Surabaya aku merasa telah meninggalkan hiruk pikuk super sibuk keseharian di tanah berjarak 90 kilometer. Sudah sangat gontai, sudah merasa penat teramat dan memang kubutuh rehat. Sudah sangat lemah dihunus kedinginan kota kecil yang bukan adaptasiku sejak lahir, iya, aku butuh panas untuk menetralisir.
Aku sudah pulang, aku sudah di tanah Surabaya. Aku kembali dengan sengaja melepas seluruh tracking bag bahkan aku datang bertelanjang kaki agar benar-benar steril. Dengan balutan secangkir kopi, sekali lagi kucoba memutar perlahan mesin waktu di tengah kota metropolitan mantan calon ibukota pengganti ini. Taman Bungkul, Balai Pemuda Surabaya, Monumen Bambu Runcing, Jembatan Plasa Surabaya, Makam Cina Kembang Kuning, Lokalisasi Dolly, Kebun Binatang Surabaya, Tunjungan Plaza.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sedang Bermimpi

Lalu muncul album re-arrangement ini


Kamu nyata, kamu datang malam ini. Kamu mendengar aku bicara, kamu melihat aku bercakap, kamu menikmati aku bernyanyi, kamu menadah aku bersandar.
Kamu nyata. Kamu datang malam ini. Kamu mengenalkan aku pada kumpulan langit malam yang jingga, pada rumah berdesain benteng kuno, pada jalanan bernama “Seram”, bahkan pada jalanan parkir yang sering dilanggar pejalan kaki seperti kataku.
Kamu mengenalkanku di jendela, di ujung sebuah lorong. Kamu memanggil kecil dari balik luar pintu ruang 211. Dan ketika kubuka, itu kamu, dan kamu nyata.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Senin, 22 Oktober 2012

Resolusi Gelas Kaca



Gelas kaca berlengan lumpuh pasca berlarian pagi
dengan pujaan hatinya meskipun tak tersampaikan kekagumannya,
dan dia berkeringat
Aku memberanikan diri untuk menyapanya,
dia hanya tersenyum menyimpulkan balasan
pada paras lesuku
Aku kasihan padanya,
tak pernah menyampaikan gelak rasanya
untuk kagumnya
Aku miris padanya,
kagumnya hanya sering berceloteh
tentang kagum yang lain, bukan padanya
Miris, bukan?
Dan dia semakin berkeringat,
lambat laun semakin luluh
dan kemudian lantah
Namun aku hanya sedang bercermin

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Minggu, 21 Oktober 2012

#BubbleGum

Kenapa pakai hashtag #BubbleGum?
"Bubble". Sebuah gelembung, tentu sebuah zat padat yang rawan pecah karena sangat rapuh. Konversi ke kehidupan? Hati seperti gelembung, rentan cedera dan pecah jika lubang sedikit saja. Sangat rentan. Semakin ditiup, gelembung semakin besar. Hati yang semakin diberi harapan, maka akan semakin besar pula harapan yang tertanam.
Berikutnya, "Gum" yang berarti permen karet. Bersifat lengket, tak bisa habis, dan kemanisannya bisa semakin pudar. Semakin lama dikunyah, permen karet semakin lengket. Begitu juga cinta. Semakin lama dirasa, semakin kuat cinta tersebut. Permen karet tak pernah bisa habis wujudnya, tapi bisa habis kemanisannya. Cinta tak habis wujudnya, tapi bisa pindah objeknya.
Jadi, #BubbleGum dianalogikan sebagai cinta bisa habis jika tak dijaga kebesaran rasanya di dalam hati. Lengketkan!
Bubble Gum juga salah satu varian rasa minuman "Pop Ice" rasa permen karet. Sebelumnya, telah ada varian yang hampir sama rasanya. Sebelum Bubble Gum, ada varian rasa Vanilla Blue yang rasanya hampir sama dan ini menjadi varian favorit saya. Munculnya rasa Bubble Gum membuat rasa Vanilla Blue tak lagi berasa seperti semula, justru rasanya pindah ke Bubble Gum. Rasa Vanilla Blue menjadi aneh, dan saya berpindah mem-favorite-kan Bubble Gum. Bukan karena telah berpindah rasa, tapi karena Bubble Gum memiliki karakter rasa yang lebih kuat, dan beresensi tinggi.
Lalu, mengapa harus #BubbleGum?

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

#LemonSquash

Kenapa pakai hashtag #LemonSquash?
"Lemon". Sebuah jeruk nipis, tentu tak serta merta rasanya manis, namun juga sedikit asam. Konversi ke kehidupan, hidup tak selalu manis, pasti juga pernah terdapat keasaman dalam hidup. Selain berarti buah, "lemon" jika dikonversi ke bahasa Indonesia berarti "sesuatu yang brengsek". Ada apa dengan "sesuatu yang brengsek"? Iya, cinta memang brengsek, selalu berhasil membuat mata buta dan telinga tuli.
Berikutnya "squash". Dalam bahasa Indonesia bisa berarti buah labu. Labu tumbuh menggantung dari tangkai pohonnya. Konversi dari buah labu, cinta yang menggantung itu kurang enak. Selain itu, "squash" juga berarti "sesuatu yang bersesak-sesak". Oke, cinta yang menggantung itu sakit, rasanya sesak di hati. Jadi, #LemonSquash (menurut Fahmi) dapat diartikan sebagai hidup yang manis dan asam itu biasa, jika terlalu dipikirkan akan sesak di hati. 
Lalu, ada apa dengan #LemonSquash?

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Kamis, 04 Oktober 2012

Kamu Datang, Kembali



Hai, hujan. Selamat datang kembali. Aku menyambutmu dengan sedikit ragu, kaukah pembawa kecewa dan luka itu? Sudah berapa lama kamu meninggalkan tanah ini? Sekarang datang dengan tiba-tiba? Ah, aku salah. Kamu telah menyiapkan kedatanganmu beberapa hari sebelum akhirnya turun hari ini. Sudah kamu tunjukkan pertandamu sebelum kamu turun hari ini. Selamat datang kembali, hujan.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Tak Bersisa


Sudah serba bisu. Sekarang aku mulai buta, sama, menyerupai identik dengan beberapa detik yang lalu saat kuputuskan untuk berhenti menuang tinta pada air mata. Sekarang sudah serba diam, sudah benar-benar mati atau bagaimana? Mungkin memang semua masih serba dilema, di ujung tanduk. Bahkan untuk menentukan seberapa jengahnya aku pada malam telah punah, aku tidak lagi pandai menumpahkan darah-darah pendonor yang tak mengerti permasalahanku. Sudah habis, benar-benar habis. Aku masih menulis tanpa ritme, tanpa tema, iya, aku tahu aku akan ditegur guruku. Ini memang salah, sebuah tulisan tanpa tema. Bisa kalian temukan?
Aku sudah habis. Sekali lagi habis.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)