NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 09 April 2011

Anaconda

Siang yang masih ditemani hujan meski harusnya telah berganti halaman menjadi bab kemarau.
Tertahan pada titik jenuh dan lapar setelah setengah dekade tak tersentuh bahkan secerca kerupuk pun, meronta dan merintih.
“Pak Presiden Yang Terhormat, beri kami makan, dong!”
Sempat terbatin dalam selingan angin yang bersepoi sejak terjatuhnya rintik hujan pertama pukul separuh penghujung.
Telah memutar list musik dengan genre yang tak terhentikan, mungkin tak dapat terdengar dengan fasih, hard rock dan underground.
Ah, akhirnya harus meminum segelas susu coklat bercampur genggaman emosi darah yang sangat tak nyaman dan murah, bukan seperti yang biasa karena ini hemat.
Kini mulai sadar menyakiti diri sendiri demi kepentingan sendiri pula.
Tak pernah terpendam emosi dalam batin saat lidah haus akan topi miring yang terkenal dengan bau menyengatnya, namun mereka yakini dapat menerbangkan penat.
Ini bukan tentang cinta, atau mungkin tentang hal cengeng lain, atau apalah.
Telah terasah taring-taring yang masih berbekas merah darah pasca menelan hidangan penutup ayam goreng renyah semalam.
Mulai gundah terukir dalam batin yang tak mampu dielak, mungkin karena telah terhidang aroma sedap daging manusia yang dibakar oleh lapar.
Ya, aku lapar.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar