NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Rabu, 02 Februari 2011

Kutulis untuk Pemaafanku

Sebuah kisah adalah sebuah kenangan.
Memang terkadang pahit, namun dengan kepahitan itulah manusia belajar mengembalikan dan memperbaiki segalanya.
Lalu kucoba menelan ludahku, hambar.
Sudah kuungkapkan segala apa yang harus kuungkapkan, habislah air mataku.
Sakit ini tak terasa, berbeda dengan apa yang ia rasa, tentu menusuk.
Seorang penengah menghampiriku, lalu berkata perlahan, “Ia tak akan berhenti, ia tak mungkin tega membencimu dan menghentikan tetesan sucinya.”
Dan bunda memelukku perlahan, menyeka air mata yang beku di pipi.
Bertanya, “Ada apa di balik tangismu?”
Aku terdiam, lalu aku berpamit kembali ke ruangku.
Seorang penengah kembali, lalu berkata dengan bijak, “Ia tak akan tega melihatmu perlahan-lahan menjadi gila.”
Apa mungkin?
Aku telah menghanguskan perasaannya tanpa kusiram dengan air hujan.
Kesakitannya mungkin juga membunuh jiwanya, lalu gila.
Namun akulah juga, gila dengan segala pemaafanku.
Dan aku tak akan berhenti menjadi seorang pengemis, jika itu yang mampu merintikkan hujan kembali.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. baru putus beberapa jam udah kayak gini ._. jangan diulangi lagi lho, kalo gak mau yg lebih parah dari ini. pesona hujan terlalu indah untuk kau tepis :)

    BalasHapus