NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Rabu, 23 Februari 2011

Bukan Hujan yang Selalu Kutunggu


Air dalam tandon yang lagi-lagi memaksa keluar karena wadahnya telah penuh sesak, dan mereka tak tahan dalam kerumunan itu.
Percikan air terjatuh menemani tangis bangga, dan malam itu aku menangis.
Hujan yang telah menjenguk sejak menjelang petang kini telah kembali, tertidur dalam angan.
Aku masih terisak, lalu bersimpuh pada Sang Kuasa.
Kucium peluh keringat seorang bapak yang rela mencangkul sawah di bawah terik surya, dan rintik air mata ibu yang membanjiri saat tersayat oleh lecehan lawannya.
Bahkan kuyakin untuk menelan ludah bapak ibu saat kusadar merekalah inspirasi terindah.
Bapaklah menoreh namanya padaku, di antara namaku dan eyang kakung.
Sangat bangga, dan aku berharap dapat meng-copy peluhnya dan air mata ibu.
Bukan hujan yang selalu kutunggu, namun yang terpenting bagiku adalah kabar baik keadaan bapak ibu.
Satu dari beribu orang tua yang luar biasa, mereka wakili bahagiaku di atas calon penghuni suarga.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. superrrr sekaliii...mereka adalah sumur inspirasimu, yang kamu timba air sucinya untuk membasuh tiap peluh yang menetesi cita-citamu. merekalah pelepas dahagamu ketika terik bimbang menggelayuti tenggorokan, kamu tak perlu menjadi hebat untuk mereka, tapi jadikanlah mereka yang terhebat dalam hidupmu :D

    BalasHapus