NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Rabu, 16 Februari 2011

Balutan Kerudungnya

Galau untuk memilih kalimat pembuka pada karangan ini, tertutup kabut mendung yang datang sore ini, dan seperti akan tersambut hujan kembali.
Hmm, aku tak temukan juga dalam benak otak.
Aku hanya ingin ungkapkan ia telah kembali, layaknya sedia kala di sebuah masa.
Puas, namun belum.
Meski hanya sedang dalam sebuah masa coba, ujian untuk mengubah dan kembali adalah sebuah ukiran indah dalam garisku.
Telah kukenal senyum itu enam bulan yang lalu sejak kutulis judul ini, dan sangat kucinta saat caranya melukis senyum itu menjadi sebuah tetesan air hujan yang selalu kunanti.
Letupan jantung yang bergoyah demi sebuah kegirangan adalah juga aku, saat kain indah membungkus wajah manisnya dalam balutan kerudung rapi.
Itulah yang kunanti, kudamba, dan sangat kurindu.
Coba saja ada yang mendengarku saat ini, harusnya terikut larut dalam riangku.
Karena telah kupahami cerita kelamku bukan selalu untuk disesali, dan kini berbuah suatu hikmah.
Dan aku masih tersenyum pada seorang wanita dalam hujan yang tenggelam dalam balutan kerudung indah di benakku, dan senyumnya.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. dan kini hujan tak hanya menyejukkanmu saja. lihatlah, sang bulan juga terlarut dalam bahagiamu. ia bangga pada hujan, dan ia ingin agar hujan tetap seperti ini selamanya ..

    BalasHapus