NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 12 Maret 2011

Untuknya, di Kalimantan

Sebuah pagi di Surabaya, lalu kupaksa mata sembab bekas sesal semalam dan kubasuh dengan handuk.
Kudesak adik yang ingin memijak pada tempatku yang sama, segera, hanya untuk keegoisanku.
Hanya untuk kusapa senyumannya, gadis sampul idaman di sekolah.
Kuterjang embun rehat pukul lima tiga puluh tanpa seberkas mimpi, hanya sedikit harapan kosongku.
Pagi itu ingin tertulis sebuah lantunan cinta namun gagal, kutemui ia yang terpojok di sudut ruang sebuah kelas di SMA Giki 1 Surabaya.
Hari itu, ia bertanya, “Siapa gadis beruntung yang kau puja?”
Aku tersipu tak berkutu, seraya menyodorkan sorotan cinta padanya yang pikirku berbalas pula.
“Tak ada yang beruntung, hanya sebilah pisau yang kuraih untuk menguliti jantung dan hati saat tersakiti, olehmu.”
Ia tertegun.
Hembusan napasnya kurasa betul tersepoi perlahan menuju poniku, saat itu kusadar kami tak lagi berjarak.
Jantung dan hati berkonser dengan musik rock sekelas Avenged Sevenfold ataupun Slipknot yang memainkan beat sekelas petir yang menyambar mengiringi badai.
Ia pun positif, dan aku semakin.
Tersentak oleh kehadiran seorang kawan yang tak penting menanyakan pekerjaan yang harusnya ia bertanya semalam sebelum ini.
Tersentak, kulempar tubuh dengan jarak padanya seraya lengan menggampar bangku penuh pesan.
Itu akhir kisah dengannya, selanjutnya ia hilang.
Ia mungkin pergi, Kalimantan, dan kini telah memiliki seseorang di Bandung.
Seorang kawan, bukan, saudara, bernasehat padaku untuk mencari, tidak.
Meski sesal tertanam subur dan tumbuh dengan buah sampai kini, suatu saat kutemui ia dengan rasa yang beda, hambar, bukan manis gula Jawa lagi.
Lupa tak dapat hilang oleh luka, mungkin sesal.
Ia tinggalkan sebuah tanda tanya yang juga kutulis pada hatinya, tanda tanya yang sama.
Tanpa perpisahan layaknya momen yang romantis seperti pada sinetron remaja.
Bahkan harumnya pun masih tercium pada dua lubang hidungku, di Kalimantan.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar