NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 03 Maret 2011

Pendosa Sempurna

Tercium aroma panas yang pernah kudengar sebagai neraka, sangat membunuh.
Cukup radius lebih dari sejuta kilometer, tubuh akan terkuliti tanpa sentuhan, kelopak mata akan hancur bak melihat panas matahari.
Sebegitu hinanya tempat akhir bagi pendosa.
Akulah jua.
Lupa saat panggilannya berbisik lantang padaku, namun hanya berhembus sepoi melewati telinga dan hampir tak terhirau, meski sedikit jarang kuingat.
Bukan untuk menyembah, namun yang terjadi adalah maksiat dosa yang terlaknat pada diri.
Tak pernah terlukis calon pembawa pahala kemenangan meski sering kusebut hari raya.
Ya, di hari nan putih, bahkan masih buram tak memutih cahayaku.
Tidak.
Penciptaku adalah sempurna, dan akulah jua.
Tak hirau pada seruannya, namun masih terlaksana meski masih berlubang, belum sepenuhnya.
Akulah pendosa namun teringat akan dosa.
Bukan seperti peminum dan penjudi yang selalu terjaga dalam kemolekan dunia bulan nan kilau.
Aku yang sempurna, memang dosa.
Lalu aku berbalik, aku masih sadar.
Penciptaku adalah pemaaf, dan akulah jua.
Kepuncakan hina yang terlaku akan lenyap saat kubenarkan sebuah pertobatan.
Dan yang masih kuingin, kulihat senyum indah bunda dan bapak saat bertemu esok hari, bukan untuk tempat penyiksa.
Pendosa adalah masih sempurna, dan bukan tanpa pahala.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar