NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 12 Maret 2011

Inilah Pembuka

Bukanlah akhir dari pikiranku, karyaku.
Beberapa rasa dalam hati, pikiran, dan hidup tertuang tak rapi dalam lembar demi lembar, lalu kutulis perlahan.
Tak pernah egois kuinspirasikan rodaku yang kuanggap berputar sangat monoton, namun juga tentang kincir kawan yang secara cantik mengalirkan air di persawahan.
Juga tentang keindahan berkah dari-Nya yang memberikanku dua orang sempurna bukan bagi orang lain, bunda dan bapak.
Mereka tak pernah menelan kegembiraan untuk mereka dan selalu menelan tangis doa untukku.
Roda yang kuputar selalu berporos pada tempat yang sama, titiknya masih terkunci rapat.
Peluh, penat.
Lusuh, tekad.
Alunan melodi tak pernah berhenti berdendang di panggung daun telinga.
Tak pernah ada mimpi untuk mempublik sebuah, beberapa rasa hati saat roda berputar dan berhenti sejenak.
Ya, pernah kuingin menghentikan putarannya sejenak untuk minum, menolak penat yang melekat pada tabiat.
Namun saat itu tak pernah kuhentikan langkah dan putaran meski batang tenggorok sangat terikat erat oleh matahari siang.
Haus dan lapar ingin memaksaku berhenti memijak, lalu melayang.
Sedikit yang terasa, terselip sebuah fighting spirit dan mimpi, ya aku ingat aku bukan lagi sang pemimpi, namun aku sang penggapai mimpi.
Hentian langkah adalah pecundang bagiku, baginya, dan bagi mereka.
Pun pernah kupetik sebuah biji yang lalu kutanam pada ladang gersang, kusiram dengan doa dan kupupuk dengan rindu.
Tanah kering tersiram dengan hujan sore itu, mengubahnya menjadi hijau segar.
Aku masih terduduk, berdoa, untuk menunggu buah dari yang kutanam.
Masih berdoa, dan telah berusaha kurawat bakal tanaman itu.
Inilah bukan akhir, aku masih harus menggapai mimpi.
Inilah bukan penutup, aku masih harus membuka berjuta peluang harapan dan imajinasi dalam jalan menuju masa depan, karena aku satu.
Aku, satu.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. hei, blogwalking salam kenal
    visit back ya :)

    tulisan nya bagussssss

    BalasHapus