NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 10 Maret 2011

Hari Ini Pada Tahun Lalu

Sepuluh Maret, di hari yang sama pada tahun lalu, inilah akhir sebuah kisah manis, pun awal sebuah kisah tragis.
Seseorang yang ia harap, puja, serta panutan kala itu menghilang.
Entah, semoga aku tak keliru menirukannya, mungkin dengan sebab kurang kuat.
Ia butuhkan sebuah ketenangan jiwa pun hati, untuk hadapi sebuah akhir dari masa.
Konsentrasi pada sebuah pemikiran memang rumit, tak semudah membeli semangkuk bakso yang kita dapat memilih berapa item yang kita pungut.
Diakhiri karena ingin membuatnya konstan pada satu jalan, salah!
Pengakhiran yang justru membuat pikirannya bercabang menjadi beberapa ranting kering yang tak akan pernah berbuah, berbuah pun akan kecil dan hambar rasanya.
Landasan helikopter yang hanya berlambang “H” sepi tak terpijak, lalu ia berdiri di atasnya.
Berpikir.
Harusnya akan berhasil, ini bukan akhir, dan memang awal.
Siang itu, ia berkata, “Tahun lalu, hari ini, aku sakit. Dan hari ini, aku bangga karena seseorang duduk di sampingku dan menatap dengan sinar yang lain, cerah.”
Lalu aku menjawab, “Ini masa lalumu, dan aku bukan. Aku bukan masa lalumu, namun aku masa depanmu.”
Ia, senyum, tangis.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. memang.. masa lalu selalu menjadi bayang2. but, if we have a future dont look back the past. istilahnya, ntar bisa nabrak kalo noleh ke belakang :D

    BalasHapus