NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 01 September 2011

Tentang Sebuah Hujan

Sejak beberapa puluh jam yang lalu telah kutanggalkan sejumlah bongkahan aspal untuk menghela napas, sejenak untuk berhenti meminum air hujan.

Selalu dan selalu aku berkata hujanku memiliki banyak rintik. Nyatanya memang begitu. Itu alasanku mencintai hujan.

Aku tak pernah memiliki alasan spesifik tentang hujanku. Ini tentang hati, antara aku dan hujan saja yang tahu. Kurasa memang tak perlu kau tahu, mereka tahu, atau siapa saja yang ingin tahu. Ini rahasia besar kami.

Hujan itu indah. Aku tak pernah menolaknya dengan payung atau mantel hujan saat ia datang. Ia hebat. Aku segar olehnya ketika aku gerah menghirup asap nitrogen di tengah kesibukan jalanan ibukota. Tiap rintiknya mampu mengalahkan fatamorgana air yang berpura-pura menghiasi jalanan aspal di antara terik siang.

Hujanku memang memiliki banyak titik-titik air di tiap waktunya, namun yang kucinta bukan itu. Yang kucinta adalah sebuah nama tentang hujan. Ceritaku tentang hujan selalu indah untuk kupikirkan, bukan untuk kukenang, karena memang hujanku tak pernah mati.

Aku mencintai hujan bukan untuk cerita fiksi belaka. Aku nyata mencintainya. Namun memang tak pernah ada subjek spesifik untuk sebuah hujan yang kucinta.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar