NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Jumat, 02 September 2011

Sebuah Mimpi, dari Dedy Rizaldy


“Kamu hebat.
Cita-citamu tinggi.
Terlampau tinggi, dan sangat gak logis!
Gimana bisa, kamu aja masih sekolah, mau naikin haji orang tuamu?
Mimpi itu boleh setinggi-tingginya, tapi juga perlu realisasi!
Kamu yakin, tapi aku tetap ragu.”


Itu tanggapan awalku saat mendengar tentang mimpimu. Memang hina, kan? Aku tak pernah percaya. Bahkan ketika kau yakinkan aku dengan curahan air wudhu pun aku masih sedikit ragu. Percikan cahaya bulan yang tergaris satu malam begitu datar.

Kau pergi bukan tanpa apapun. Kau pergi bukan melepaskan tanggung jawab atas mimpimu itu. Kau pergi bukan melupakan janjimu pada mereka. Kau pergi bukan tanpa menyapu debu-debu pada halaman hati bapak ibumu.

Lalu kau terdiam, menungguku hingga ikut terdiam. Aku bungkam saat kutahu kau pergi dengan sejuta kisah harum. Bapak ibumu menangis, bangga atas mimpimu. Bapak ibumu terharu, bangga atas sangu yang kauberi pada mereka. Bapak ibumu akan tunaikan mimpimu, yang kini jadi amanahmu.

Kau pergi, dan kau berhasil mewujudkan mimpimu. Bapak ibumu bangga sekali. Kau bukan hanya bermimpi, tapi kau lebih dari mewujudkan mimpimu.

Empat ibu jari kusuguhkan, untukmu.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar: