NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Rabu, 02 November 2011

Seperti Embun, Seperti Matahari

“Kita seperti embun dan matahari, aku menyejukkanmu dan kamu menghangatkan aku. Tidak ada pagi yang cerah tanpa kita.”


Aku mencintaimu, embun

Pagi buta, kaucuri start di saat semua sedang lelap

Telah berkeliaran membasahi daun-daun malam

Menjaga tidur budak-budak bangsa, mungkin mencoba hapus lelah mereka

Bekukan air mata bekas tangis derita penyesalan semalam

Aku rindu Ibu, juga rindu betapa panasnya tempat lahirku

Embun,

Bedakan cuaca dengan tempat lahirku

Embun beku tak lagi sekadar sejuk lalu mematikanku dengan satu rasa

Cinta


Kau mencintaiku, matahari

Seperti pelumpuh dingin di gelap fajar, di tengah subuh saat kaubasuh air wudhu

Setengah dari pagi ini kauhangatkan dengan api besar yang tak tampak hebat

Ya, sangat remeh dan terlihat setitik kuman dari tempat kita berdiri

Jangan remehkan!

Coba saja menatapnya mata telanjang, tak kujamin matamu bertahan hidup-hidup

Segala yang tercipta tumbuh darinya, matahari

Kita berhenti melangkah jika matahari tak berkobar dengan lantang

Matahari,

Aku rindu

Hangat pelumpuh beku tak pernah gagal menorehkan satu rasa

Cinta


(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar