NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Jumat, 07 Oktober 2011

Sebuah Pesan untuk Orang Tuaku

Pesan.

Ini yang sedang kutunggu. Sebuah kejelasan atas pengakuan anak siapa aku ini. Ibu dan ayah seenaknya saja meninggalkan aku di tengah hutan gelap dan haus akan darah. Beberapa saat terdengar lolongan serigala petang.

Aku masih menunggu sesuatu yang maya, tentang siapa yang membuang aku. Sebuah pesan yang tak pernah aku bisa membacanya karena kegelapan hutan ini. Ya, aku memang telah memegangnya di sisa-sisa potongan tanganku yang terputus-putus akibat koyakan cheetah siang tadi. Selembar kertas kecil, memo. Aku sedang digantung.

Penasaran. Aku masih tetap mengernyitkan dahi dan memperlebar mata hingga bola mataku keluar dari mata sebanyak tiga per empat bagian. Dasar aku bodoh, pasti sia-sia.

Lalu aku ini siapa? Aku ingin ibu dan ayah. Aku ingin mereka mendengar teriakanku di tengah lolongan serigala petang yang menenggelamkan suaraku.

Kulirik ada pantulan cahaya kecil. Sebuah cermin. Kulihat tubuhku. Ah, ternyata aku seekor kucing.


(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar