NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Minggu, 30 Oktober 2011

Alun-Alun Kota Wisata

Mungkin selalu berpikir akan hambar hari ini. Ya, bukan hari baik seperti biasa, yang setiap detik sangat berhasil dikonversikan menjadi hal indah karena matanya. Panas, gerah, sangat berpeluh meski bungkam di bawah atap tinggalku. Aku bahkan belum bertemu hujan sejak aku tinggal di sini, sekali saja, kecuali saat aku singgah ke pusat perkotaan. Ah, peluhku semakin menjadi.

Ya, mulai terencana. Satu pertemuan lagi. Mungkin tak akan pernah bosan dengan satu per satu pertemuan ini, justru semakin kecewa saat ada akhir dari pertemuan di tiap satu hari.

Di tengah petang dan awan penuh abu-abu, kesibukan kendaraan bermotor yang beradu klakson di tengah kota, tetap kulanjutkan langkah menuju pertemuan ini, pertemuan dengannya. Menuju kota atas, kota tetangga. Taman wisata kota yang baru, sangat baru. Kami duduk di tepi kolam dengan pancuran kebahagiaan yang kami ciptakan sendiri. Gelembung sabun masih akrab menemani tiap pertemuan kami.

Romantis? Terlihat sedikit berlebihan dengan pernyataan itu. Memang yang terjadi demikian. Iringan lagu karawitan ciptaan bocah-bocah lugu sangat cocok, aku terkagum-kagum. Senyum itu masih sangat terekam dalam pikiran (aku tak suka menyebut otak), mungkin tak akan mampu luntur meski dipaksa.

Kami menikmati indahnya kota kecil itu di atas kincir raksasa, memutar perlahan, hanya kami berdua di dalamnya. Bertatap muka, tanpa berkata namun sangat bermakna. Membisikkan kata itu lagi, masih sama, namun bermakna selalu bertambah dan bertambah, indah.

Malam ini sempurna. Di tengah taman wisata kota. Dingin, menjadi panas oleh satu pembius semua manusia, cinta.


(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

4 komentar: