NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Minggu, 02 Januari 2011

Tamparan Kemunafikan

Hujan tak datang malam itu, saat kulangkahkan kaki ke luar gerbong kereta lima.
Aku berkeliling hampa pada keramaian malam.
Tak tentu arah, tak pernah ada penjemput jiwa.
Heran, hujan tak menyambutku?
Malam ini, waktu yang baru kujalani.
Semua tertawa namun tenggelam dalam kemunafikan nafsu.
Tak pernah lebih baik dari Tuhan, hanyalah kebohongan yang dapat ia serahkan.
Hujan mengguyur deras, petir mengancam jantung dan memaksanya berdentum kencang.
Marah, kecewa terhadap segala kebodohan akal pikirku yang tak pernah kuakui.
Ya, aku bodoh, aku hina.
Aku tak mengemis kasih pada seorang teman, tak meminta butiran hujan pada seorang pecundang.
Yang selalu ia butuhkan hanya kucuran air mata yang justru lebih deras dari hujan.
Dentuman jantungnya lebih berkecamuk dari petir.
Hahaha, aku tahu ia butuh sentuhanku.
Ah, hanya sebuah kemunafikan jiwa yang seolah menampar paras hinaku.
Kupetik gitar tanda kecewa, tangis yang tak perlu untuknya.
Ikhlas terhadap apa yang dijatuhkan oleh hujan, tak peduli air menyakiti luka sayatku.
Aku percaya, ia akan kembali, dan melepasnya!

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar