NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Jumat, 21 Januari 2011

Mungkin?

Aku menghela nafas lalu terduduk.
Segalanya mulai meredup, lalu mati.
Tangan dinginku bergetar mengikuti dentuman jantung perlahan, namun semakin berlari kencang tak tentu arah.
Aroma kebencian terhembus saat kupicingkan mata agar sebuah cahaya yang tiba-tiba datang tak menghancurkan kelopakku.
Sangat busuk!
Entah, sebuah cerita lalu yang menjadi bekal nafas pada hari esok justru menusuk ulu hati dan menghentikan tugasnya memompa darah hitam dalam nadiku.
Kualihkan mata menuju buku ini.
Kutulis sebuah syair dengan darah yang menetes perlahan dari telunjuk.
Gelap yang memaksaku berlantun dengan hati, tanpa cahaya.
Entah, gundah sangat rajin menerpa pikiran lalu pergi tanpa dosa, hanya meninggalkan puing kebencian pada diri sendiri.
Kadang aku terdiam, termenung, semua berubah?
Mungkin.
Sebuah catatan kecil tentang cerita yang tertulis di atas lembaran hitam itulah yang membuat hati meronta, menangis, dan memangsa darah ke luar tubuh.
Telah kurobek lembar itu, dan kubuang.
Namun bau busuknya masih ingin kembali berkunjung melewati kedua lubang hidungku.
Apa harus kubakar lembar pahit itu?
Mungkin.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar