NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 22 Januari 2011

Inilah Pilihan

Hari ini kucoba menulis sebuah perbedaan, mungkin sebuah pilihan.
Bibir tergetar, mengering karena hembusan angin gersang yang membawa debu kesakitan.
Kubasuh wajah dengan air suci, hanya untuk mencari sebuah kedamaian di antara galau yang membantai lumbung tenaga.
Aku terpelanting, terjatuh.
Lalu kucoba bangkit, menggapai sebuah pengorbanan yang berujung kebohongan.
Berlari di antara langit kedurhakaan, hingga terlontar sebuah kutukan kelam.
Gentar, aku terdiam.
Kuhentikan kaki, kupejamkan mata, berbalik.
Inilah pilihan.
Awalnya yang kuinginkan adalah sebuah cinta, namun mengapa harus tertulis di atas kemunafikan?
Cinta akan terhapus oleh sebuah kutukan, dan menghilang dari surga ketulusan.
Aku pun kembali, mengurungkan langkah kebohonganku.
Aku pun kembali, kutampik kutukan padaku.
Inilah pilihan.
Kadang aku tak ingin berhadapan dengan sebuah simalakama.
Aku tak ingin memilih, jika berujung sebuah kesalahan.
Aku tak ingin memilih, inilah pilihan.
Sempat terlontar sebuah ungkapan hina, hancur terdengar di tulang rusuk.
Inilah bukan pilihan, namun tak pernah kuterima tamparan perkataan yang tak layak untukku.
Dan kini, maaf adalah aku.
Angin memaksa ranting menari, lalu kutitipkan sebuah maaf untuk cinta.
Harapku, angin mampu berkata padanya, maaf.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar