NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Minggu, 12 Desember 2010

Syair Rindu Untuknya

Terik yang kurasakan memang beda, hawa dingin masih menusuk.
Pagi yang diawasi oleh sang surya terlihat sangat cerah.
Aku melengok ke luar kamar, menuju balkon.
Kuhirup aroma kerinduan hingga ke lubuk hati.
Kusorot awan dengan tatapan sipit, terbentuk wajah mereka, mereka yang telah membuatku seperti ini, mereka yang telah menghapus segala peluh di dahiku.
Entah kurasa hujan tak akan hadir hari ini, aku tak paham.
Wajah yang kurindu telah membuatku sembuh dari terpaan hidup, segala ujian dari Yang Maha Kuasa.
Ia keluarkan aku ke bumi dengan sebuah bacaan basmallah, dengan tenang, namun aku tahu perih yang mendalam ia rasakan.
Kesakitan itu tak akan membuatnya patah, karena kutahu ia menyayangiku.
Dengan keteguhan hati, ia berucap, “Ya Robbi, aku tak pernah ingin hidup tanpanya, namun aku lebih ingin ia hidup meski aku kembali pada-Mu.”
Suatu hari, saat tubuh telah beranjak, ia berkisah bahwa hujanlah yang menemaninya menyelamatkan aku ke bumi.
Tanpa tangis, ia membuatku hidup dengan sempurna.
Apa yang harus kubayar?
Lirih ia berbisik, “Kau tak pernah membuat sayatan pada nafasku, kaulah yang kubangga.”
Bahkan aku tak pantas menyentuh kulit arinya.
Yang dapat kulukiskan hanya sebuah kerinduan padanya, hujanlah yang sedikit membuatnya seakan hadir di benak khayalanku.
Syair hina ini, tak akan pernah menggantikan seorang sepertinya, Ibu.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar