NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 11 Desember 2010

Air Asing, Merah Legam

Gelap, mungkin aku tersesat dalam kegalauan pikiran yang selalu memaksa hidup.
Kucari segala kebaikan, kukerahkan segala semangat, menyusun seperti semula.
Tubuh batang lidi yang kumiliki terlontar karena kejutnya.
Seakan tak pernah berpikir sejauh apa yang hujan jatuhkan ke bumi, air darah!
Merah, pucat, kental, aku sangat tak nyaman dengan kedatangannya.
Saat kudengar sumber perkataan itu, guntur menyambut sebelum hujan menginjakkan air di atas aspal di muka tempatnya.
Tak pernah aku mengira hujan mencoba menyakiti awan, yang datang tanpa pamit, dan pulang tak berkata apapun.
Aku bertengadah kanan, merah legam airnya.
Mungkin awan akan kecewa padanya, awan sangat tertunduk lesu.
Hujan tak dapat berucap lagi, diam.
Awan pun gemetar menahan amarah hati yang mungkin tak terbendung.
Marah, awan marah!
Aku sangat mengerti, tanpa ia berkata.
Hujan masih terdiam, namun terus menumpahkan air asingnya.
Aku tak dapat bergerak, aku terpaku.
Aku pun masih bertanya, mengapa?

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2010)

1 komentar:

  1. haduhhhhhhhh
    terpengaruh buku apa Teman ?
    tulisannya bagus ! sumpah demi allah .
    buat yang paham tapi . hehe

    sastrawan ialah seniman kata yang slalu selipkan rasa dalam dalam setiap tintanya .
    tapi sadarkah bahwa justru karna rasa hatimu sendiri orang enggan membaca .
    sastra dianggap jadul . membosankan . menjemukan dan lain sebagainya karna terlalu susah dicari arti katanya .
    jadilah seniman kata yang mampu mengubah dunia tanpa harus membuat pembaca susah :)

    aku bukan sastrawan .
    tapi aku cinta :D
    cari aja kata2 yang lebih lugas tapi tetep penuh makna :)

    gaya tulisannya oke :D
    aku gak bisa kyk gtu . hehehehe

    BalasHapus