NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 26 Januari 2012

Limbah

Sudah beberapa menit sejak aku terinjak ketika aku sedikit tersesak

Ya, sedikit tersesak kataku karena aku tak mampu membuai pagi selayak saat pertama aku tiba

Tak mampu mengindahkan nada pada genting hening malam kosong

Aku hanya ingin berkisah tentang aku lagi, bukan siapapun lagi, bukan tentang peran kedua atau ketiga, namun peran pertama yang kusebut aku

Pada gumpalan maya menatap lantun krusial gundah, lalu aku terpaku, sendu, seperti jingga


Bukan tentang senja! Sudah kujelaskan, bukan, ini hanya tentang aku

Tentang aku yang sedang memilukan jengah pada nusa

Lalu menghempas hela karena duka, aku terpuruk pada elegi fajar!

Ego yang tertanam lalu tersesak hingga meletup-letup kepada butir gemetar

Sudah cukup yang tertanam, lalu menguak tumbuh mengeroyak memecah lapisan gersang yang memaksa amarah

Bisakah aku belajar memakan rerumput fana yang nyatanya rumit?


Ah, aku hanya terpuruk di antara kubangan tambak keruh yang kupinjam dari saudagar sebelah

Nyatanya yang terhirup hanya nitrogen-nitrogen bekas limbah pendustaan kelam, yang memang sengaja kuolah (maksudnya kupaksa, ya, sedikit penekanan) agar terlihat lebih kumuh

Sudahlah, kepada cermin yang kulihat saat ini, kau munafik!


(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar