NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Jumat, 05 Agustus 2011

Ternyata Bukan Batu Kapur


Ternyata bukan seperti batu kapur
Lebih dari itu

Kamu lebih seperti sebuah cabai merah mbranang
Yang dikecap selalu lebih dari pedas
Namun kamu tahu, pedas adalah ciri khas negeri kami

Kamu lebih seperti debu-debu semen
Ketika dicampur dengan air,
adonannya mampu menjadikan patung yang kuat
Patung pahlawan terpenting pun berdiri karenanya

Kamu lebih seperti adikku di rumah
Masih kelas 2 SD
Sok tahu
Jaga imej
Sok perfeksionis
Padahal di balik semua itu, adikku peduli

Kamu lebih seperti sebongkah cermin di kamarku
Memang sudah pecah, tak beraturan sekali
Hanya bisa sepuluh persen digunakan sebagai cermin
Sedikit usang, kata semua orang
Bagiku ini lebih
Aku tak pernah bersedia
siapa saja yang hendak menggantinya dengan yang baru
Di cermin lain aku terlihat buruk,
namun di cermin ini aku selalu terlihat indah

Kamu lebih seperti air yang selalu kuminum
bukan yang mereka minum
Aku paham yang mereka minum berbeda
tak sesegar yang kuminum

Terima kasih?
Aku tak suka kata itu. Itu tandanya tugasmu membangunku telah selesai. Nyatanya kamu belum selesai. Kamu judge aku masih nol. Yang telah berganti adalah cara pemikiranku, bukan jiwaku.

Aku ini seekor ikan yang siap masak, sudah dibumbui. Ikan itu tak akan bisa dinikmati dengan lezat, karena masih mentah! Lalu, harus dimasak dahulu, bukan?
Ya, yang memasak ikan itu, harusnya memang kamu.

Analogiku sudah bagus?

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar