NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 14 Juli 2011

Batu Kapur

Uh, kepulan debu menyelimuti kulit hitamku
Ini bersumber pada batu putih itu, memang sedikit menyerupai kaolin di tepian malam
Terlihat begitu hebat dan kuat
Namanya saja batu
Bahkan beribu kafilah tak mampu menerjang ketika berada di tengah perang gurun
Mana ada batu yang mudah lapuk?

Ah, aku lagi-lagi terperangkap dalam sebuah mitologi batu
Bukan itu intinya
Yang sedang kuhadapi adalah memang batu
Batu kapur putih kepul yang sedang rentan lusuh
Tertindih tetesan bekas hujan dan embun subuh tadi dari ujung genteng rumah paman
Memang belum sekarang, namun perlahan pasti runtuh
Bahkan tak perlu menunggu seperempat detik lagi ia lapuk
Mengapa bisa?
Ia batu, meskipun kapur

Remasan adik dan teman-temannya saat bermain juga berperan dalam hancurnya
Itu sedikit bukti bahwa ia tak sekuat namanya, batu
Keberadaannya disegani rani-rani yang melintas ketika badai pasir sore
Bukan mengapa, hanya karena ia mengepulkan debu

Batu kapur
Memang tak sekokoh makna konotasi yang ia miliki
Sadarkah kau bahwa ia yang menanam dirinya untuk pondasi gedung bertingkat?
Tahukah kau bahwa ia yang menulisi papan tulis di ruang kelas para jetset?
Pahamkah kau bahwa ia yang membiayai kuli-kuli saat membantu memaksa rumah berdiri?

Batu kapur
Itu tetap kokoh
Sekokoh gelarnya sebagai batu
Meski rentan

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar