NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Jumat, 03 Juni 2011

"Kopi Atau Mati"


Kopiku sudah dingin, dingin.
Kembung.
Ya, kopi dingin selalu membuat kembung peminumnya, dan aku benci.
Kau tahu itu?
Kau tahu, akulah penggila kopi, namun kopi panas.
Aku tak mau kembung, sakit, dan lain.
Kopiku harus panas.
Kopiku sudah dingin, dan kini aku kembung.
Kembung ini menyerang hati dan perasaanku.
Hanya saja aku masih tetap memaksa berdiri tegak meski mereka injak detak jantungku setiap sepersekian detik.
Beberapa detik yang pernah memaksaku kembung telah kulupakan, kuhapus, kucuci dengan sabun colek di wastafel rumah tua sisa pembakaran massal.
Kutuangkan lagi kopi panasku ke cangkir yang baru, yang kukira akan mengawetkan panasnya tanpa memaksaku membungkuk dan terus membungkuk.
Hingga kembung memaksaku mati, asal tak kudapati kopi ini tertiup embun dingin di kota tetangga.
Bapak di seberang terlihat memaksa kopinya dingin dengan menuangkan ke atas permukaan yang lebih lebar agar kalor yang ada pada kopi lebih cepat menyebar dan bla bla bla seperti ilmu fisika.
Di otakku, hanya kopiku yang terbaik, kopiku yang panas, kopiku atau mati, otak ilmu sastra.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar