NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 02 Juni 2011

Kaleng Bekas

Kaleng kecil bekas kemasan sarden, sempat menjadi berharga meski rasa sedikit pedas di bumbunya mengiris lidah.
Kaleng kecil bekas kemasan susu kental manis, sempat menjadi berharga meski manisnya tak sepatutnya dinikmati tanpa tambahan air.
Kaleng kecil bekas kemasan cat, sempat menjadi berharga meski kilau warnanya tak permanen melambangkan perasaan pengecatnya.
Kaleng kecil bekas kemasan minuman berkarbonasi, sempat menjadi berharga meski sodanya memaksa perut tercuci seperti kloset berkerak bekas kotoran.
Kaleng kecil bekas kemasan parfum, sempat menjadi berharga meski wanginya tak sejalan dengan karakter pemakainya.
Kaleng kecil bekas kemasan oli pelumas, sempat menjadi berharga meski licin dan pekatnya berhasil mengantarkan rantai besi membantu putaran roda menuju dosa.
Kaleng-kaleng yang sedang duduk rapi di samping bak sampah belakang rumah, saat ini tengah termenung.
Mereka berpikir, sempat menjadi berharga meski masa itu bisa berakhir hingga kini mereka hanya termenung di tempat ini.
Dulu pemakainya bisa pejabat, sekarang pemakainya pasti orang melarat.
Mereka masih termenung, enam kaleng tak berpatah kata secerca pun.
Hujan datang, mengisi dan membuat genangan di dalam ruang kosong mereka.
Semakin tersudut.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. Pergumulan benda-benda yang tak digubris. Setelah merampas "isi perut" mereka, kemudian dihempaskan begitu saja. Kaleng bekas kemarin, merintihpun tiada pantas, sesegukan cucuran air mata tetap saja tak digubris. Ya merekalah kaleng-kaleng bekas yang tak digubris ..

    BalasHapus