NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Jumat, 17 Juni 2011

Ketika Aku Habis


Ketika aku habis, tak dapat kukenal siapa lagi namaku, samaranku, bahkan kelaminku.
Kala itu, aku seakan kritis dan gila terhadap apa yang kulihat, bukan kontras terhadap apa yang kuhirup.
Ya, ini masih dalam konteks bicara pada alam, hujan.
Bahkan tak dapat kutulis sebuah judul baru untuk menghibur pelacur-pelacur yang sedang menunggu para hidung belang.
Masih kutelusuri jalan setapak yang sedikit rapat ini, pengetahuanku tak cukup untuk menyentuhnya lagi.
Lalu kupaksa menulis beberapa huruf sansekerta di jejaring sosial.
Masih saja gagal.

Ketika aku habis, mungkin memang benar-benar habis.
Inikah akhir dari nafasku?
Inikah akhir dari mataku yang akan terpejam selamanya?
Inikah akhir dari tanganku yang telah patah syaraf sastranya?
Inikah akhirat yang kutemui?

Ketika aku habis, aku akan benar-benar mati.
Akan kutinggalkan duniaku perlahan-lahan, sastra.
Tak akan lagi dapat kuukir apa yang kuingin, mereka ingin, dan semua ingin.
Tak dapat kusapa hujanku di kemarau panjang, awanku di mendung petang, bintangku di malam remang.

Ya, mungkin aku telah habis.
Benar-benar habis.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. kunjungan perdana, untuk kakak kelas. hahaha bahasa blogmu so high mas :D

    BalasHapus