NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Selasa, 30 November 2010

Sebuah Pijakan Lain

Ketika membuka kelopak penglihat saat sang pencerah terbangun, aku terperangah.
Kering kerontang semua yang kupijak.
Di mana hujanku?
Matahari memancarkan panasnya yang mengalahkan pamor hujan.
Akankah hujan marah?
Padaku atau matahari?
Tidak, akulah yang marah.
Bukan karena hujan yang telah berpijak pada bumi yang lain.
Namun karena hujan memanggil awan dengan caraku.
Sedikit kecewa, haus membunuh batang tenggorok.
Menanti air yang tak mungkin turun.
Ya, mungkin hujan memang tak akan turun.
Mungkin akan kutemukan hujan, bukan di tempat ini.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar