Hujan tidak sehebat dulu saat aku menggilai. Bahkan saat ia mulai dihujat khalayak dengan beruntun dan aku turut di antaranya. Aku ada di barisan depan meneriakkan untuk berhenti karena hujan mulai sangat mengganggu. Buktikan, di kehidupan ibukota, jarang sekali orang-orang bekerja dengan hujan. Mayoritas ia sama sekali tak bersinergi dengan keseharian semua umat. Sudah semakin sulit menemukan logika bahwa aku pernah menyukainya bahkan tak separah aku membencinya saat ini.
Seperti sore ini, di kedai makan kecil ketika senja mulai menjelang. Langit berbalut gerimis cerah mengiringi buruh-buruh kehidupan yang serempak namun tetap berebut siapa dulu yang sampai rumah dan jumpa istri anak masing-masing. Sesekali terlihat pria muda kuyup tergesa hampir celaka meliuk lincah menyalip kendara demi kendara. Mungkin sudah ereksi dan tak tahan. Mungkin pengantin baru.