Sudah? Selesai?
Sudah selesai menyeduh teh manisnya?
Sudah yakin
tehnya manis? Tak ingin tambahkan gula lagi?
Atau mungkin,
terlalu manis? Iya, mungkin tawar, kan?
Celupkan
seduhannya, angkat, celup, angkat lagi, awas!
Jangan sedikit
pun kaubiarkan seduhannya terlalu lama tergenang air!
Tolong, jangan
rusak tehku, ehm, atau itu tehmu?
Aku mau
meminumnya dengan rasa yang pas, benar-benar pas!
Coba periksa,
adakah tanda titik di akhir kalimat sepanjang sajak ini?
Iya, itulah
mengapa aku tak mau seduhan tehnya terbiar menggenang dalam air!
Rasanya pasti
akan hambar sekali, hahaha!
Aku lelah,
apakah aku telah terlalu hina?
Apakah kau telah
terlalu hina?
Aku selalu ingin
mengakhiri aku namun selalu pula
kautolak!
Mengapa?
Kautolak namun
masih kaucelup dan kauangkat lagi aku, ya, nyaris dengan seduhan teh itu, kan?
Sekarang, aku
ingin terbahak, hahaha!
Sekarang, aku
ingin benar-benar berhenti, jadi biarkan aku gunakan titik di akhir (sajak) kalimat
ini.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
wah, aku suka tulisanmu yang ini mas :D
BalasHapusWah terima kasih banyak mas.. :)
Hapus