NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Selasa, 03 Mei 2011

Lalu Ia Terkulai...

Malamku di kamar VIP ruang Emerald Tiga Rumah Sakit Permata Bunda Malang, dengan separuh hati yang terkulai lemas di atas kasur pasien sebelah kanan kasur penjaga.
Bekas muntahan meski telah dipel dan dibersihkan, masih melekat di lantai, meski telah disemprot dengan pelicin lantai.
Belum pernah kujalani malam ini selama hampir dua dekade hidup, bukan aku berharap seperti ini.
Tentang yang kurasa malam ini, takut dan resah sangat aktif berkecamuk dalam gejolak hati dan senantiasa berdisko ria di atas keringat dinginku.
Tersentak kala kudapati ia telah merebah di tempat ini.
Tifus, katanya.
Sedikit terpikir, memang empat kali dua puluh empat terakhir, hujan sangat rajin datang tepat waktu saat jarum pendek menunjuk angka dua matahari ke atas.
Dengan intensitas sangat tinggi, tak kenal lelah, rintiknya berebut menghantam aspal-aspal di wilayah kampus nan rimbun.
Tak kenal lelah?
Ia lelah.
Kini masih terkulai lemah dengan infus menusuk dan menembus pembuluh darah, juga berbalut selimut kelas atas.
Sesekali ia merintih saat mual kembali mengocok segala isi di perutnya.
Aku?
Hanya bisa melakukan apa yang harus kulakukan.
Saat kutulis sajak ini, aku telah dan masih tersenyum melihatnya pulas, dan aku pun terpulas.
Pulas.
Lemas.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)

1 komentar:

  1. sabar ya mas kriwul :)
    semoga mbak Ajeng cepet sembuh biar bisa ketawa2 lagi :))

    BalasHapus