Dasar kanguru
Melompat seenaknya saja
Kupikir kita sejenis, berbeda dengan mereka
Aku kelinci, aku biasa melompat meski tak sejauh lompatanmu
You jumped over me and face my front destiny
How dare you?!
I had planned my way since long time ago
You jumped over faster than me
Aku telah menata semua dengan baik
Dari bukan apa-apa
Menjadi siapa-siapa
Hei, cepat sekali langkahmu?
Padahal aku tahu saat aku berangkat, kamu belum dilahirkan
Kini aku tertampar melihatmu di depan barisanku
Ini tetap salahku
Kusia-siakan peluang di depanku beberapa detik tahun yang lalu
Andai kutarik pengait itu
Pasti aku lebih jauh meninggalkannya
From zero to hero
From nothing to something
From nobody, to somebody
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Kamis, 11 Agustus 2011
Rabu, 10 Agustus 2011
Nomaden
Sedikit banyak yang bertanya, di mana aku? Mungkin aku memang sempat ragu apakah mereka merindukan tintaku yang sengaja selalu menerjang mata tangis mereka. Nyatanya memang benar begitu. Mereka mencariku, mencari aku.
Di antara deru pasir dan debu hasil badai sepoi lemparan roda-roda kendaraan berpolusi, aku berjalan dengan lusuh. Mungkin tak jelas akan ke mana aku menuju, karena aku tak punya tempat berteduh. Dengan mimik wajah penuh galau aku masih menyeret koper yang berisi bermilyar harapan dan mimpi. Berat. Namun ini harus kubawa, dan kutunjukkan pamadu kelak. Entah kapan. Yang jelas saat ini aku tak bertujuan. Tak peduli lapar dan haus yang sedang kurasakan karena aku berpikir ini pasti hanya pelengkap rasa.
Aku masih menyeret dengan langkah semakin gontai. Tanah yang kupijak mulai gerah, ingin menjatuhkan aku yang memang sudah semakin berat. Malam ini tidur di bawah jembatan, kemarin di depan kios pulsa, mungkin besok di pinggiran tangga jembatan layang karena dua hari yang lalu aku tidur di atasnya.
Tolong beri aku bukti. Aku lebih membutuhkannya, lebih dari sekadar tempat tinggal.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Di antara deru pasir dan debu hasil badai sepoi lemparan roda-roda kendaraan berpolusi, aku berjalan dengan lusuh. Mungkin tak jelas akan ke mana aku menuju, karena aku tak punya tempat berteduh. Dengan mimik wajah penuh galau aku masih menyeret koper yang berisi bermilyar harapan dan mimpi. Berat. Namun ini harus kubawa, dan kutunjukkan pamadu kelak. Entah kapan. Yang jelas saat ini aku tak bertujuan. Tak peduli lapar dan haus yang sedang kurasakan karena aku berpikir ini pasti hanya pelengkap rasa.
Aku masih menyeret dengan langkah semakin gontai. Tanah yang kupijak mulai gerah, ingin menjatuhkan aku yang memang sudah semakin berat. Malam ini tidur di bawah jembatan, kemarin di depan kios pulsa, mungkin besok di pinggiran tangga jembatan layang karena dua hari yang lalu aku tidur di atasnya.
Tolong beri aku bukti. Aku lebih membutuhkannya, lebih dari sekadar tempat tinggal.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Minggu, 07 Agustus 2011
Pecundang

Sabtu malam ini
Aku dan teman laki-lakiku
Bersama
Sabtu malam berikutnya
Aku dan teman laki-lakiku
Bersama
Sabtu malam selanjutnya
Aku dan teman laki-lakiku
Masih bersama
Sabtu malam yang rutin
Aku dan teman laki-lakiku
Tetap saja bersama
Di tiap sabtu malam dengannya
Kami melihat sepasang kekasih memadu kasih
Kami?
Menurut anda?
Ya, kami tetap berdua
Sudahkah aku menggambarkan judul di atas?
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Jumat, 05 Agustus 2011
Ternyata Bukan Batu Kapur

Ternyata bukan seperti batu kapur
Lebih dari itu
Kamu lebih seperti sebuah cabai merah mbranang
Yang dikecap selalu lebih dari pedas
Namun kamu tahu, pedas adalah ciri khas negeri kami
Kamu lebih seperti debu-debu semen
Ketika dicampur dengan air,
adonannya mampu menjadikan patung yang kuat
Patung pahlawan terpenting pun berdiri karenanya
Kamu lebih seperti adikku di rumah
Masih kelas 2 SD
Sok tahu
Jaga imej
Sok perfeksionis
Padahal di balik semua itu, adikku peduli
Senin, 01 Agustus 2011
Ramadhan
Benci umurku tahun ini?
Aku ingin melewati tahun ini memang benar
Sepertinya kutarik pernyataan egois itu
Satu titik kurasa pada tahun ini yang tak memuakkan
Ramadhan
Yeah, it’s really unbelievable
First, I doubt I can skip this fucking year
However, I feel a great taste in a moment
Suddenly, some of stars light up my heart
No, just a star
Ramadhan
Segalanya kembali di detik ini
Segala yang ku-judge tak pernah dan tak mungkin terjadi
Dengan sangat menampar bola mataku, segalanya kembali
Ramadhan
Itu cahayanya
Ramadhan
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Langganan:
Postingan (Atom)