I’m a lion.
You know, I’m the king of the jungle, nothing can beat me.
I have a great and strong body, which they don’t.
They can’t beat me because they are nothing, they don’t have any strong breath.
Sure, lion is the only one strongest animal.
Wild boar, eagle, snake, piranha, wolf, indeed tiger.
They are loser.
Moreover, they afraid when they are looking into the mirror, see their reflection.
Right!
Especially for tiger.
They are my close friend, very close.
However, they are my close enemy.
They are my archenemy, especially when we hunt some preys.
Tiger is a hypocritical animal.
They make a friend with me because they want my preys.
Oh my God, I forget a little bit thing.
Although I’m the king of the jungle, I’m just an animal.
Human can beat me with their technology.
Ah.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Sabtu, 11 Juni 2011
Noodle
I have eaten a fried noodle this morning, before I washed all my clothes.
Actually, she notifies me all the time that I shouldn’t eat noodle at least once for three days.
She told me that I had to afraid because noodle is a fast food.
Which made by all bad chemistry ingredients, and it can broke my antibody.
Sometimes, I don’t think so, I just eat it because I don’t have much money to buy some meals.
Around the world which I haven’t ever going there, I’m just a loser man even I’m a boy.
So, it doesn’t matter if I’m died.
This is about noodle, she said that I would be killed by its.
However, I love noodle.
Yeah, I know she loves me more than I love noodle.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Actually, she notifies me all the time that I shouldn’t eat noodle at least once for three days.
She told me that I had to afraid because noodle is a fast food.
Which made by all bad chemistry ingredients, and it can broke my antibody.
Sometimes, I don’t think so, I just eat it because I don’t have much money to buy some meals.
Around the world which I haven’t ever going there, I’m just a loser man even I’m a boy.
So, it doesn’t matter if I’m died.
This is about noodle, she said that I would be killed by its.
However, I love noodle.
Yeah, I know she loves me more than I love noodle.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Senin, 06 Juni 2011
Antara Sastrawan, Dokter Hewan, Ahli Hukum, dan Juragan Tambak
Malam ini berwarna, sangat berwarna.
Gemerlap lampu disko berputar berwarna-warni mengelilingi penat jiwa ragaku dalam gumpalan awan hitam, yang siap menantang hujan untuk datang.
Tak pernah absen pula secangkir kopi yang wajib menamparku untuk tetap terjaga.
Dentuman synthesizer dan keyboard yang beraroma disko senantiasa mendegup sesuai detak jantung.
Aku datang berempat, mungkin hanya aku yang merasakan kabut itu.
Kopi, kopi, dan kopi.
Disko, disko, dan disko.
Tak ada kepulan asap, sama sekali.
Kami di antara suara vokal yang semangat.
Di antara sastrawan, dokter hewan, ahli hukum, dan juragan tambak yang mengalir dalam satu cangkir kopi, satu adukan.
Malam ini akan panjang, gelandangan.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Gemerlap lampu disko berputar berwarna-warni mengelilingi penat jiwa ragaku dalam gumpalan awan hitam, yang siap menantang hujan untuk datang.
Tak pernah absen pula secangkir kopi yang wajib menamparku untuk tetap terjaga.
Dentuman synthesizer dan keyboard yang beraroma disko senantiasa mendegup sesuai detak jantung.
Aku datang berempat, mungkin hanya aku yang merasakan kabut itu.
Kopi, kopi, dan kopi.
Disko, disko, dan disko.
Tak ada kepulan asap, sama sekali.
Kami di antara suara vokal yang semangat.
Di antara sastrawan, dokter hewan, ahli hukum, dan juragan tambak yang mengalir dalam satu cangkir kopi, satu adukan.
Malam ini akan panjang, gelandangan.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Jumat, 03 Juni 2011
"Kopi Atau Mati"

Kopiku sudah dingin, dingin.
Kembung.
Ya, kopi dingin selalu membuat kembung peminumnya, dan aku benci.
Kau tahu itu?
Kau tahu, akulah penggila kopi, namun kopi panas.
Aku tak mau kembung, sakit, dan lain.
Kopiku harus panas.
Kopiku sudah dingin, dan kini aku kembung.
Kembung ini menyerang hati dan perasaanku.
Hanya saja aku masih tetap memaksa berdiri tegak meski mereka injak detak jantungku setiap sepersekian detik.
Beberapa detik yang pernah memaksaku kembung telah kulupakan, kuhapus, kucuci dengan sabun colek di wastafel rumah tua sisa pembakaran massal.
Kutuangkan lagi kopi panasku ke cangkir yang baru, yang kukira akan mengawetkan panasnya tanpa memaksaku membungkuk dan terus membungkuk.
Hingga kembung memaksaku mati, asal tak kudapati kopi ini tertiup embun dingin di kota tetangga.
Bapak di seberang terlihat memaksa kopinya dingin dengan menuangkan ke atas permukaan yang lebih lebar agar kalor yang ada pada kopi lebih cepat menyebar dan bla bla bla seperti ilmu fisika.
Di otakku, hanya kopiku yang terbaik, kopiku yang panas, kopiku atau mati, otak ilmu sastra.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Kamis, 02 Juni 2011
Kaleng Bekas
Kaleng kecil bekas kemasan sarden, sempat menjadi berharga meski rasa sedikit pedas di bumbunya mengiris lidah.
Kaleng kecil bekas kemasan susu kental manis, sempat menjadi berharga meski manisnya tak sepatutnya dinikmati tanpa tambahan air.
Kaleng kecil bekas kemasan cat, sempat menjadi berharga meski kilau warnanya tak permanen melambangkan perasaan pengecatnya.
Kaleng kecil bekas kemasan minuman berkarbonasi, sempat menjadi berharga meski sodanya memaksa perut tercuci seperti kloset berkerak bekas kotoran.
Kaleng kecil bekas kemasan parfum, sempat menjadi berharga meski wanginya tak sejalan dengan karakter pemakainya.
Kaleng kecil bekas kemasan oli pelumas, sempat menjadi berharga meski licin dan pekatnya berhasil mengantarkan rantai besi membantu putaran roda menuju dosa.
Kaleng kecil bekas kemasan susu kental manis, sempat menjadi berharga meski manisnya tak sepatutnya dinikmati tanpa tambahan air.
Kaleng kecil bekas kemasan cat, sempat menjadi berharga meski kilau warnanya tak permanen melambangkan perasaan pengecatnya.
Kaleng kecil bekas kemasan minuman berkarbonasi, sempat menjadi berharga meski sodanya memaksa perut tercuci seperti kloset berkerak bekas kotoran.
Kaleng kecil bekas kemasan parfum, sempat menjadi berharga meski wanginya tak sejalan dengan karakter pemakainya.
Kaleng kecil bekas kemasan oli pelumas, sempat menjadi berharga meski licin dan pekatnya berhasil mengantarkan rantai besi membantu putaran roda menuju dosa.
Langganan:
Postingan (Atom)