NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Sabtu, 04 Agustus 2012

Tebak, Apa Isi Hatiku?

Kamu
Jadi, sampai kapan lagi akan terasa hambar seperti yang kaubilang? Iya, aku sudah berusaha gunakan kata-kata yang tak kaku, agar bisa mulai rileks, seperti kataku. Tapi mungkin yang kaurasakan masih hambar, iya, bisa terdengar dari suara ngalem dari rengekanmu yang belum kembali seperti sebelum kaubilang aku berubah. Masih belum sama. Mungkin juga belaian tanganku ke kerudungmu masih belum sempurna, belum selembut sebelum kaubilang aku berubah.
Tidak, bukan seperti itu, jangan keburu menyalahkan dirimu atau mungkin kaupikir aku menyalahkan diriku. Bukan, kok. Aku hanya berpuisi, setidaknya biar kautahu dengan cara ini seseorang melukiskan keabstrakan pikirannya, anak muda marak menyebutnya galau, sih. Setidaknya, hatiku masih tetap sama, kok, eh, bukan. Tanpa “kok” setelah kata “sama”. Kuulangi lagi, hatiku masih tetap sama, entah sebelum atau sesudah kaubilang aku berubah, hatiku masih melindungi isinya dengan sangat hati-hati. Apa isinya? Namamu.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar