NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Minggu, 21 Oktober 2012

#BubbleGum

Kenapa pakai hashtag #BubbleGum?
"Bubble". Sebuah gelembung, tentu sebuah zat padat yang rawan pecah karena sangat rapuh. Konversi ke kehidupan? Hati seperti gelembung, rentan cedera dan pecah jika lubang sedikit saja. Sangat rentan. Semakin ditiup, gelembung semakin besar. Hati yang semakin diberi harapan, maka akan semakin besar pula harapan yang tertanam.
Berikutnya, "Gum" yang berarti permen karet. Bersifat lengket, tak bisa habis, dan kemanisannya bisa semakin pudar. Semakin lama dikunyah, permen karet semakin lengket. Begitu juga cinta. Semakin lama dirasa, semakin kuat cinta tersebut. Permen karet tak pernah bisa habis wujudnya, tapi bisa habis kemanisannya. Cinta tak habis wujudnya, tapi bisa pindah objeknya.
Jadi, #BubbleGum dianalogikan sebagai cinta bisa habis jika tak dijaga kebesaran rasanya di dalam hati. Lengketkan!
Bubble Gum juga salah satu varian rasa minuman "Pop Ice" rasa permen karet. Sebelumnya, telah ada varian yang hampir sama rasanya. Sebelum Bubble Gum, ada varian rasa Vanilla Blue yang rasanya hampir sama dan ini menjadi varian favorit saya. Munculnya rasa Bubble Gum membuat rasa Vanilla Blue tak lagi berasa seperti semula, justru rasanya pindah ke Bubble Gum. Rasa Vanilla Blue menjadi aneh, dan saya berpindah mem-favorite-kan Bubble Gum. Bukan karena telah berpindah rasa, tapi karena Bubble Gum memiliki karakter rasa yang lebih kuat, dan beresensi tinggi.
Lalu, mengapa harus #BubbleGum?

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar