NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Rabu, 16 Mei 2012

Latar


Di tempat ini, di tempat saat ia bertemu laki-lakinya yang ia sebut berkacamata. Kali ini di sudut yang lain, sudut yang baru saja selesai direnovasi. Kami pernah beberapa kali (dan kami sering) menghabiskan waktu sia-sia kami di sini. Iya, saat tempat ini masih baru, mungkin terlalu baru, bahkan listrik dan lampu tak ada satupun yang mengalir. Masih sangat baru.
Berkali-kali orang mencoba mencoba mengalirkan arus listrik charger laptop atau ponsel mereka, selalu nihil karena tempat ini masih baru. Hampir setiap saat kami berlintas di sini, semua kecewa dan mengumpat kecil tanpa suara, hanya gerakan bibir saja. Iya, karena tak ada yang dapat dilakukan di sini kecuali hanya duduk, bercerita, dan itu. Gelap, pekat. Itu yang sering kami lakukan di tempat ini.
Malam ini, aku datang lagi dengannya, dengan seseorang yang kusebut sebagai pagi. Detik ini berbeda, segalanya telah berubah. Tempat ini, kulihat silau dari kejauhan 100 Km. Kutebak, semua mulai berfungsi. Terlihat sangat (lebih) nyaman karena segalanya masih baru, mungkin terlalu baru.
Namun, kami datang tak tepat untuk memerawani tempat ini, iya, ia sedang mengaliri sebuah kesedihan. Sedang jengah terhadap waktu, sejak masa kecil yang belum menemukan cahaya bijaksananya. Ia sedang kelam, hanya butuh relaksasi sesaat.
Sayangnya, malam ini belum tepat.

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar