NOW AVAILABLE! "DIALOG BISU"

Kamis, 10 Mei 2012

Kolaps (Peluk Aku)


Iya.
Aku sedang kolaps
Tolong bantu aku untuk mengambil langkah dalam pernapasan,
Oh, aku kolaps, tak tahan, rasanya perih, sesak dalam himpitan peluru-peluru tajam
bekas perang dingin antara mimpi dan rencana yang selalu beradu muka, bertabrakan,
Aku tertindas hangat pada keramaian dan keributan polusi-polusi yang aku tak pernah paham,
aku memang tak pernah dipahamkan karena aku awam
Aku tak pernah

Kolaps
Aku tak berdaya dalam tekanan tengah malam
Jera, aku sudah lelah pada lengah yang kutulis dan kususun pelan-pelan
Aku tersesak, aku sesak,
aku sulit meraih oksigen demi oksigen
Aku sedang sesak

Kolaps
Jadi, kolaps itu apa?
Aku tak mengerti artinya, yang kutahu rasanya sesak
Tak seperti biasanya, tak semudah biasanya
Aku hanya ingin kita ambil napas sejenak,
bersama-sama
Iya, kita
Aku bermimpi, sudah lama, bisa berlari dengan tanpa terengah-engah

Kita,
di sana kita yang sedang berlari
lalu berhenti pada satu titik, di ujung tebing itu
Bukan, bukan berhenti untuk apapun,
bukan berhenti untuk keburukan apapun
Kita sedang berhenti,
kita menyapu pandangan ke seluruh sudut, tebing-tebing kecil
langit-langit biru muda yang sedikit (beberapanya tertutup mendung) cerah
Iya, tolong genggam telapak tanganku, rasakan
Beku, bukan?
Aku sedang kolaps
Mati rasa, beku bibir, kaku organ aktif
Aku ingin kamu
Aku sedang sesak, kolaps
Bisa kuminta sebuah tolong,
peluk aku?

(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar