Air
Tak kutemukan lagi hujan tiga hari
Tak kuminum pula ronggokan mimpi dalam sepi
Luluh dalam peluh yang melebur dengan dubur
Pembunuh dengan asap-asap meresap hinggap pada lembab
Air
Pada subuh aku meronta dingin
Jenuh untuk penat yang merenggut senyap kelu
Aku tersiram pada deburan sinar mata
Jubah putih penutup tepi jurang merangsang gendang
Terkulai terkapar gempar pada hambar maghrib
Tetap kutatap jauh ke dalam sorot juangnya yang siap menerkam
Terkam cinta pada tinta kelam
Rajin menggetar jiwa hingga luluh lantah terlintah hina lalu sepi
Lagi
Sepi
Dan malam
Untuk guratan air dalam kendi yang segar
Beraroma batu patung candi benak sang pemimpi
Malam masih kelam
Aku masih cinta
Meski aku terjebak dalam beku
Meski aku bergetar dalam angin
Aku dingin
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar