Malam itu gerimis setia menyapa beku untuk selalu (dan masih) menampar aku
Pada embun, awan tak bergeming sepi dan berkedip
Hujan yang mendominasi gundah malamku seakan mematikan rasa lelah
Harusnya malam ini
Ya, malam ini
Malam dengan segala penyambutan hebat di antara bintang dan bintang
Bintang
Bukan hujan!
Bukan hujan lagi yang selalu kausebut aku mencintainya, ini bintang!
Sekitar delapan kali kuulang pengucapan mantra pada langit
Berharap lebih untuk semua kabut agar segera beranjak dari selimut malam
Lalu tersingkirkan oleh rasi-rasi bintang yang harusnya datang
Malam ini
Sengaja kubuai guntur agar tak mendengar rintihan pelacur malam
Aku bangun, atas mimpi-mimpi yang lama kugantung di kamar mandi
Kubiar hingga mengembun busuk di samping air lusuh
Saat mencoba untuk meraih kembali, sedikit telah luntur dari genggaman
Tidak, ini masih mimpiku
Tak pernah aku hapuskan gelap dengan paksa
Hanya karena aku terlalu membara, bersemangat menampik gerimis
Hanya untuk merangkai bintang menjadi mimpiku, nyata
Ini nyata, aku dan bintang nyata
Kami nyata
Aku bahagia, gundah terusik dari mimpi dengan penat yang pergi berlalu karena bosan
Aku berhasil
Kugubah malam tanpa angin dingin
Lalu kurangkai lagi bintang ini, delapan
#8thjrocks1spirit
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar