Sebongkah sampah dari masa lalu membau busuk dan menerkam hidung
Liriknya semakin basah dan lembab akibat radiasi pagi
Pagi itu beda, sampah yang siap dikemas lalu dibuang tanpa didaur ulang
Sampah itu telah mati, hilang dari fungsi utamanya
Buruk tak sejernih barang baru yang menangguhkan malam,
atas kekuatannya menopang kelabu
Mimpi itu telah jadi sampah
Merekah pada kolom-kolom pembaharuan mental
jenuh mata meranah gerimis
Setitik cahaya dari matahari pagi
Ini masih sedikit fajar, matahari hanya mengintip alam yang masih pulas
Terang, menetralisir segala racun yang memakan hati
para pria-pria hidung belang, pada malam di tiap kabut
Matahari menetralisir kabut pagi, menghilang dari guratan buta
yang melamun di atas permukaan jurang harapan
Penerangan hingga benih terpecah lebur hingga luntur
dan membaur kosong di antara kantong
Ini adalah matahari, penerang kelam
Lalu, akukah sampah, atau matahari?
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar