Aku ingin berhenti memanggilmu “dear” di depan namamu
Ya, aku hanya tak mau menyamakan aku dengan masa lalumu
Mungkin kamu bernyatakan aku yang sama, ya, aku hanya tak mau ada yang “sama” dari masa lalu di antara kita, ya, kita itu “kita”, bukan?
Aku ingin berhenti memanggilmu dengan sebutan karakter sebuah film kartun
Ya, aku tahu memang itu bukan favourite-mu yang sebenarnya, hanya karena sebutan (lagi-lagi) masa lalumu
Aku berusaha memberikan sebuah kue tart berbentuk itu di harimu yang lalu
Semua setuju
Namun akhirnya gagal karena tak tahu gagal
Kamu sudah kupatahkan?
Aku juga sudah patah
Aku juga ingin sepertimu, tak pernah bergantung lagi pada siapapun
Aku sudah patah
Jauh lebih patah
Mungkin telah beberapa kali muncul hina fana yang menyiram perlahan di muka rambutku
Aku patah, sayang
Persetan dengan siapapun yang mencela dan tertawa saat mendengar sebuah pernyataan:
“Aku akan menikah denganmu, kelak...”
Mereka hanya pecundang yang sebenarnya tak akan pernah memiliki mimpi seperti kita
Ya, mereka itu pecundang
Mereka hanya bisa menadah tangan, bukan?
Mereka tak pernah tahu, kita telah membuat sebuah lahan kerja baru
Mereka tak pernah tahu, kita telah menjadi penulis baru
Mereka tak pernah tahu, kita telah menata masa depan kita yang baru
Mereka tak pernah tahu, kita telah menabung di rekening kita yang juga baru
Kita sudah sejauh ini, sebagaimana pun tertawa mereka, itu satu-satunya yang membuktikan bahwa mereka tak bisa seperti kita
Sekali lagi, aku tak ingin memanggilmu dengan sebutan “dear” atau sebuah karakter film kartun
Aku hanya ingin menyebutmu, “Linda” tanpa tanda petik...
PS: Selamat pagi, malam... :)
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Linda sayang Fahmi :)
BalasHapus