"Aku sudah pulang, Hujan.." |
Aku sudah pulang, aku sudah di tanah Surabaya. Aku kembali dengan sengaja melepas seluruh tracking bag bahkan aku datang bertelanjang kaki agar benar-benar steril. Dengan balutan secangkir kopi, sekali lagi kucoba memutar perlahan mesin waktu di tengah kota metropolitan mantan calon ibukota pengganti ini. Taman Bungkul, Balai Pemuda Surabaya, Monumen Bambu Runcing, Jembatan Plasa Surabaya, Makam Cina Kembang Kuning, Lokalisasi Dolly, Kebun Binatang Surabaya, Tunjungan Plaza.
Semua kutelusur sepi seperti dungu-dungu yang mencari buku cerita lamanya. Tepat saat aku berhenti dengan kerabat di Tunjungan Plaza, kembali hujan menyambut ketika aku mencoba berkompromi dengan perut di sebuah warung kelontong. Gerimis, lalu berkeroyok segar. Tercium aroma tanah khas hujan yang membuat mesin waktu berputar semakin cepat dan membusukkan kedunguanku pada malam.
Semua kutelusur sepi seperti dungu-dungu yang mencari buku cerita lamanya. Tepat saat aku berhenti dengan kerabat di Tunjungan Plaza, kembali hujan menyambut ketika aku mencoba berkompromi dengan perut di sebuah warung kelontong. Gerimis, lalu berkeroyok segar. Tercium aroma tanah khas hujan yang membuat mesin waktu berputar semakin cepat dan membusukkan kedunguanku pada malam.
Surabaya malam selalu punya cerita. Mesin waktu masih berputar dengan stabil dan cepat, hujan masih melantunkan mengiringi de javu dalam benak. Semakin jauh tenggelam dalam bodoh dan malam, tak ada lagi bintang malam ini. Sudah semakin larut, hujan perlahan lelah lalu menyerah; serta-merta mesin waktu perlahan berhenti berputar lalu dengan cepat mengembalikan kedunguanku ke tempat semula. Meski berhenti, hujan membekaskan mendung yang masih tak mau kalah oleh bintang dan memaksa langit berkuasa oleh gelap. Masih tak ada jingga malam yang disuka.
Aku sudah pulang; aku sudah menjejakkan tumpuanku di Surabaya. Aku pulang; kuputar mesin waktuku dan aku sudah kembali dungu. Penat lenyap, jengah terperangah, lalu hiruk pikuk bersiap sibuk. Ah, aku masih ingin menikmati bekas-bekas percikan aroma tanah sisa hujan semalam, sisa pemutaran mesin waktu dalam mimpi. Aku sudah pulang.
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar