Gelas kaca
berlengan lumpuh pasca berlarian pagi
dengan pujaan
hatinya meskipun tak tersampaikan kekagumannya,
dan dia
berkeringat
Aku memberanikan
diri untuk menyapanya,
dia hanya
tersenyum menyimpulkan balasan
pada paras
lesuku
Aku kasihan
padanya,
tak pernah menyampaikan
gelak rasanya
untuk kagumnya
Aku miris
padanya,
kagumnya hanya
sering berceloteh
tentang kagum
yang lain, bukan padanya
Miris, bukan?
Dan dia semakin
berkeringat,
lambat laun
semakin luluh
dan kemudian
lantah
Namun aku hanya
sedang bercermin
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar