Sudah sejak lama
telah kutinggalkan jejak terakhirku di sudut kebun palem itu,
sejak segala
intervensi mulai bereproduksi hingga beribu mata pun kaki tak bergeming untuk
dihina
Mana malamku?
Atau, ini pagimu
yang kaujanjikan indah itu?
Ah seperti sesuap
nasi yang kuteguk di bawah sukun duabelas jam yang lalu,
semuanya lenyap
Pagimu, malamku,
mataharimu, bulanku, embunmu, bintangku
Tak ada lagi
yang sesuai
Jelas sekali lagi-lagi
jejaka komersial beroperasi di bawah serbuan hujat dan telunjuk
Apa peduli?
Cocot dan lidah
yang dilemparkan bersama mani padaku beberapa detik yang lalu kemudian
terproses
Terekam jelas di
antara genangan-genangan yang mengalir keruh menyusuri aspal dini hari
EKSEKUTIF!
Memang bukan
tempat yang muluk untuk diimpikan, ya,
siapa mau
memendam benih lalu memancarkannya seperti pelacur yang tak kuat menahan
orgasme penuh luka sayat?
Dasar (aku)
bodoh
Ini tak harusnya
terjadi
Maya, mirip,
menyerupai
imajinasi dalam pelangi
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar