Aku tenggelam, aku teriak hari ini
Entah, harusnya memang sangat girang untuk pengairan bola mata
Yang tak pernah kering meskipun terhina bilik bambu jamban tetangga
Segala dan selalu tentang kemunafikan air yang ditelan seekor raja dari pulau terasing
Pulau heran nan gundah
Lalu ini yang kulukis, aku bebas lampiaskan tangan bergerak
Entah meski sampai ke pelaminan dua pasang naga putih
Aku tetap tenggelam hingga ujung perairan
Pundak terombang-ambing dengan tamparan lalu lintas sejenak
Yang saat itu sengaja mengacuhkan karena jera memaksa
Aku menyendiri
Di antara kegaduhan pendatang-pendatang
Ah, mulai melemah
Ah, sudah berakhir
Lalu
Mati
M
A
T
I
MATI
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar