Aku sakit
Sedang menahan kepedihan saat menginjak potongan-potongan duri mawar
Yang bertopeng indah namun busuk di tangkainya
Peri malam
Datang untuk mengisi sebuah kekosongan dalam pembuluh darah
Ketika telah kosong melompong setelah terkucur berliter-liter
Peri malam
Awalnya kukira hanya dusta yang ia suguhkan
Maklum, aku anak awam lulusan kelas teri yang masih sangat rentan
Ia rajin menghibur dengan komedi putar dan aku terlihat girang
Peri malam
Seperti mengisi hati yang haus akan dahaga cinta lagi
Ah, bukan itu
Sepertinya ia juga kesepian meski nadanya memanja
Ia masih punya
Peri malam
Tiba-tiba ia lenyap
Si empunya sedang kembali
Peri malam
Aku sedang bimbang
Cintakah?
Atau hanya rindu?
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar