Aku tak ingin bermimpi lagi. Ah,
buat apa aku bermimpi jika hanya untuk maya?
Iya, maya dan selalu menghilang.
Buat apa aku menggambar rencana
jika hanya untuk gagal?
Iya, gagal dan selalu lenyap.
Dan sekali lagi, buat apa aku
berkeinginan jika hanya untuk PATAH?
Iya! Aku sudah patah
berkali-kali.
Buat apa aku menata semuanya?
Lalu buat apa?
Kamu! Ya, itu alasanku untuk
lanjutkan jalan di tempat ini
dengan semua guratan-guratan
batin yang aku tulis sendiri di
tangan nadi.
Aku sedang sakit.
Dan kepada embun, aku kembali mengeluh
karena rindu pada lubang waktu
yang dulu aku siapkan.
Aku rindu tatapan mata malu-malu
itu.
Ah...
(Fahmi Rachman Ibrahim, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar